Batman v
Superman: Dawn of Justice (BvS) merupakan
sekuel dari Man of Steel meskipun di awal cerita kita
disuguhkan narasi dan latar belakang Bruce Wayne. Itu karena setingnya waktunya
saat berlangsungnya perang dengan pasukan Jendral Zod dan berlanjut pasca
kematiannya. Sementara yang menghubungkannya adalah fakta bahwa Wayne Financial
berkantor di Metropolis yang nota bene ikut hancur akibat perisiwa tersebut.
Batman v Superman pada akhirnya memang berkisah tentang pertarungan Batman melawan
Superman. Selama setengah dari durasi BvS diisi dengan cuplikan-cuplikan yang
menghubungkan alasan mengapa mereka bisa sampai bertarung, sehingga pertarungan
yang sebenarnya tidak fair menjadi seimbang. Dan untuk itu Zack Snyder berusaha
membuat penonton memahami alurnya secara perlahan.
Berbeda dengan Avengers 2 yang mudah ditebak alur ceritanya lewat
trailernya, BvS boleh saya bilang jangan percaya pada trailernya. Dalam trailer
BvS, Superman digambarkan sebagai penjahat sementara Batman sebagai polisinya,
tapi tidak demikian. Di sini Superman adalah sang tertuduh, sedangkan Batman
menjadi wakil dari manusia yang sangat marah kepada Superman. Superman dianggap
sebagai makhluk asing yang terlalu mencampuri urusan manusia. Lalu di sisi lain
ada Lex Luthor yang melihat kesempatan ini sebagai celah untuk menyingkirkan
Superman.
Bicara tentang
para pemainnya, tentu saja Ben Affleck adalah bintangnya. Ben Affleck lebih
‘kejam’ dan berotot. Dalam hal ini rupanya Snyder juga memerhatikan komentar
suara berat Batman-nya Nolan dengan menunjukkan alat perubah suara di topeng.
Meski begitu kita tidak perlu menyesali kenapa dia tidak memerankan Batman
sejak dulu. Christian Bale cukup baik sebagai Batman muda, namun Ben Affleck
memang lebih pantas memerankan sang kelelawar di ‘usia matang’. Kemudian ada
Jesse Eissenberg sebagai Lex Luthor yang saya pikir mengingatkan kita pada
perannya sebagai Mark Zuckerberg di The Social
Network. Alfred yang bijaksana digantikan dengan wajah yang lebih keras
(Jeremy Irons) sebagai penyeimbang dari Bruce Wayne ‘baru’. Namun sayangnya Gal
Gadot belum siap memerankan film sebesar BvS meskipun dia punya wajah klasik
ala Diana Prince-nya Lynda Carter. O ya, jangan lupa ada Bono U2 juga, hehe.
Saya cukup
terkejut ketika kritikus menghajar habis BvS dengan Tomatometer per 23/3
sebesar 37%! Meski begitu saya cukup tahu alasannya dan bisa merasakan
kekurangan dari film ini. Saya cukup menikmati selama dua pertiga dari
durasinya, tapi ketika pertarungan Batman v Superman dimulai dan diikuti dengan
kemunculan sang monster, BvS lebih seperti The
Amazing Spider-Man. Meski begitu Snyder tidak ingin pertarungan seperti Man of Steel yang memakan durasi lumayan lama; dia
membuat penyelesaiannya dengan sebuah kejutan.
Hal lain yang
saya perhatikan adalah musiknya. Hans Zimmer yang bertanggung jawab sejak
Triologi Batman versi Nolan hingga Man of Steel memiliki ciri khas musiknya
pada masing-masing film. Kita pasti ingat original score dari The Dark Knight yang fenomenal itu, atau bahkan
dentingan piano dalam Man of Steel. Tapi dengan bertambahnya super hero yang muncul, Hans Zimmer membuat musik
untuk masing-masing karakter yang menurut saya terlalu rame dan seolah
kehilangan ciri khasnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar