25/12/22

Taxi Driver

 


Taxi Driver film yang dirilis tahun 1976 disutradarai oleh Martin Scorsese dan dibintangi oleh Robert De Niro sebagai Travis Bickle, seorang veteran Perang Vietnam yang bekerja sebagai sopir taksi di New York City. Film ini mengeksplorasi tema-tema isolasi, kemerosotan perkotaan, dan gangguan jiwa saat Travis semakin kecewa dengan kota dan warga negaranya.

Performa De Niro sebagai Travis dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah film dan ia dinominasikan untuk Penghargaan Akademi untuk Aktor Terbaik untuk perannya. Film ini juga menerima empat nominasi Penghargaan Akademi lainnya, termasuk Film Terbaik dan Aktris Pendukung Terbaik untuk penampilan Jodie Foster sebagai seorang prostitusi muda.

Selain pujian kritisnya, Taxi Driver telah memiliki dampak yang abadi terhadap budaya populer dan telah disebut sebagai pengaruh oleh banyak sineas dan seniman. Gambar ikonik dan kalimat-kalimat yang tak terlupakan dalam film tersebut telah dijadikan referensi dan dijadikan parodi dalam banyak film, acara TV, dan media lainnya.

Secara keseluruhan, Taxi Driver adalah sebuah eksplorasi yang kuat dan menyedihkan tentang kesepian dan putus asa di dunia modern. Ini adalah sesuatu yang harus dilihat bagi penggemar karya Scorsese dan bagi siapa saja yang tertarik pada kondisi manusia.

 

23/03/16

[Review] Batman v Superman
















Batman v Superman: Dawn of Justice (BvS) merupakan sekuel dari Man of Steel meskipun di awal cerita kita disuguhkan narasi dan latar belakang Bruce Wayne. Itu karena setingnya waktunya saat berlangsungnya perang dengan pasukan Jendral Zod dan berlanjut pasca kematiannya. Sementara yang menghubungkannya adalah fakta bahwa Wayne Financial berkantor di Metropolis yang nota bene ikut hancur akibat perisiwa tersebut.

Batman v Superman pada akhirnya memang berkisah tentang pertarungan Batman melawan Superman. Selama setengah dari durasi BvS diisi dengan cuplikan-cuplikan yang menghubungkan alasan mengapa mereka bisa sampai bertarung, sehingga pertarungan yang sebenarnya tidak fair menjadi seimbang. Dan untuk itu Zack Snyder berusaha membuat penonton memahami alurnya secara perlahan.

Berbeda dengan Avengers 2 yang mudah ditebak alur ceritanya lewat trailernya, BvS boleh saya bilang jangan percaya pada trailernya. Dalam trailer BvS, Superman digambarkan sebagai penjahat sementara Batman sebagai polisinya, tapi tidak demikian. Di sini Superman adalah sang tertuduh, sedangkan Batman menjadi wakil dari manusia yang sangat marah kepada Superman. Superman dianggap sebagai makhluk asing yang terlalu mencampuri urusan manusia. Lalu di sisi lain ada Lex Luthor yang melihat kesempatan ini sebagai celah untuk menyingkirkan Superman.

Bicara tentang para pemainnya, tentu saja Ben Affleck adalah bintangnya. Ben Affleck lebih ‘kejam’ dan berotot. Dalam hal ini rupanya Snyder juga memerhatikan komentar suara berat Batman-nya Nolan dengan menunjukkan alat perubah suara di topeng. Meski begitu kita tidak perlu menyesali kenapa dia tidak memerankan Batman sejak dulu. Christian Bale cukup baik sebagai Batman muda, namun Ben Affleck memang lebih pantas memerankan sang kelelawar di ‘usia matang’. Kemudian ada Jesse Eissenberg sebagai Lex Luthor yang saya pikir mengingatkan kita pada perannya sebagai Mark Zuckerberg di The Social Network. Alfred yang bijaksana digantikan dengan wajah yang lebih keras (Jeremy Irons) sebagai penyeimbang dari Bruce Wayne ‘baru’. Namun sayangnya Gal Gadot belum siap memerankan film sebesar BvS meskipun dia punya wajah klasik ala Diana Prince-nya Lynda Carter. O ya, jangan lupa ada Bono U2 juga, hehe.

Saya cukup terkejut ketika kritikus menghajar habis BvS dengan Tomatometer per 23/3 sebesar 37%! Meski begitu saya cukup tahu alasannya dan bisa merasakan kekurangan dari film ini. Saya cukup menikmati selama dua pertiga dari durasinya, tapi ketika pertarungan Batman v Superman dimulai dan diikuti dengan kemunculan sang monster, BvS lebih seperti The Amazing Spider-Man. Meski begitu Snyder tidak ingin pertarungan seperti Man of Steel yang memakan durasi lumayan lama; dia membuat penyelesaiannya dengan sebuah kejutan.

Hal lain yang saya perhatikan adalah musiknya. Hans Zimmer yang bertanggung jawab sejak Triologi Batman versi Nolan hingga Man of Steel memiliki ciri khas musiknya pada masing-masing film. Kita pasti ingat original score dari The Dark Knight yang fenomenal itu, atau bahkan dentingan piano dalam Man of Steel. Tapi dengan bertambahnya super hero yang muncul, Hans Zimmer membuat musik untuk masing-masing karakter yang menurut saya terlalu rame dan seolah kehilangan ciri khasnya.

08/01/16

[Review] THE REVENANT


THE REVENANT merupakan film yang paling dibicarakan di awal tahun 2016. Tidak hanya masuk dalam berbagai nominasi Golden Globe, The Revenant langsung masuk dalam daftar 250 film terbaik versi imdb.com. Padahal, untuk film berdurasi 2.5 jam ini mungkin akan terasa membosankan. Akan tetapi apa yang ditawarkan Alejandro Iñárritu (BIRDMAN), sang sutradara, boleh jadi pengobat rasa bosan itu: pemandangan pegunungan bersalju yang indah, penampilan apik dari para pemainnya terutama Di Caprio dan Tom Hardy, dan tentu saja kebrutalan yang mengingatkan saya pada dua film THE RAID.

Kisah ini berdasarkan kejadian nyata, tentang Hugh Glass (Leonardo Di Caprio) yang diserang si beruang dan ditinggalkan hampir mati oleh kelompoknya, yang kemudian bangkit memburu John Fitzgerald (Tom Hardy).

Bukan kebetulan Fritzgeraldz membenci Glass dan anaknya karena Glass beristrikan perempuan Indian Pawnee dan mempunyai anak dengan wajah dan nama Indian, Hawk. Fitzgerald sendiri pernah diserang Indian sehingga kulit kepalanya hilang sebagian. Kesempatan itu datang ketika dia terpaksa menerima tawaran menjaga Glass yang sekarat setelah diserang beruang; dia membunuh Hawk, mengubur Glass, dan meninggalkannya.

Di Caprio disebut-sebut akan memenangkan Oscar lewat film ini meskipun dia tidak banyak bicara karena tenggorokannya robek oleh sabetan cakar beruang. Dan karena ketidakmampuan inilah yang mengantarkannya pada performa terbaiknya. Dia bangkit dari kubur, merangkak puluhan kilometer di salju tebal, hanyut di air yang dingin, membuat api, makan ikan dan daging mentah, lari dari kejaran Indian Rees. Tapi tetap saja penampilan lawan mainnya, Tom Hardy, mencuri perhatian; dia memenuhi syarat sebagai orang yang paling dibenci.

The Revenant memang lebih mengandalkan visualisasi dramatis ketimbang mengisi kekosongan cerita. Ini adalah film tentang dendam dengan kemampuan sang tokoh bertahan dalam luka dan perjalanan panjang, tidak lebih, dan perlu kesabaran bagi penonton hingga dua setengah jam menanti akhir kisah yang sepertinya anti klimaks.

06/01/16

The Hateful Eight


Dengan banyaknya kasus kriminal di Indonesia seharusnya film ini tidak tayang di negeri ini. Namun patut disyukuri juga para begal tidak punya cukup uang untuk pergi ke bioskop atau setidaknya kenal nama Tarantino sehingga kemungkinan kecil mereka beli DVD bajakan atau mengunduhnya secara ilegal.

Mengambil seting musim salju pasca perang sipil, John Ruth (Kurt Russell), seorang pemburu berhadiah, berhasil menangkap buronan penjahat Daisy Domergue (Jennifer Jason Leigh) untuk digantung di Red Rock. Di perjalanan mereka bertemu Mayor Marquis Warren (Samuel L. Jackson, seorang pemburu berhadiah juga) dan Chris Mannix (Walton Goggins, seorang yang mengaku Sheriff baru di Red Rock). Tersesat di badai salju, mereka memutuskan berlindung di Minnie’s Haberdashery (kedai/tempat singgah/toko pakaian). Ketika tiba di sana mereka bertemu orang yang tidak biasa mampir ke tempat Minnie: Bob (Demián Bichir); Oswaldo Mobray (Tim Roth) di Red Rock; Joe Gage (Michael Madsen); dan Jenderal Sanford Smithers (Bruce Dern).

Warren mulai merasakan ada sesuatu yang janggal terjadi di toko Minnie, apalagi dia mulai curiga dengan Bob, pria yang mengaku bertanggung jawab atas toko selama Minnie pergi. John Ruth, meskipun tidak merasakan firasat yang sama, mengantisipasi penggagalan hukuman gantung Daisy dengan mengambil senjata milik Mobray dan Joe Gage. Keadaan mulai mencekam ketika seseorang meracuni teko kopi di saat Warren menembak Jenderal Smithers. John Ruth dan O.B (kusir kereta kuda John Ruth) mati, tapi Chris Mannix berhasil selamat setelah sebelumnya diperingatkan oleh John Ruth. Warren mencurigai salah satu dari Joe Gage, Bob, dan Oswaldo Mobray sebagai orang yang meracuni kopi mereka dan sekaligus menginginkan Daisy Domergue bebas.

Quentin Tarantino mungkin mulai ketagihan membuat film Western pasca suksesnya Django Uchained. Kita juga bisa menemukan sedikit-banyak aroma Django Unchained dalam film ini seperti jagoan berkulit hitam yang berkolaborasi dengan kulit putih, memasukkan unsur politik, dan membuatnya klasik seperti membagi film dalam beberapa bab, narator seadanya, membuat kematian dan kesadisan sebagai hal yang bisa ditertawakan. Dia juga memberikan flashback yang memudahkan penonton dengan mudah memahami dan ‘mewajarkan’ cerita ketika ada ‘orang baru’ muncul di tengah konflik. THE EIGHTFUL EIGHT berarti ada delapan orang yang saling membenci atau curiga. Sebenarnya ada lebih dari delapan orang yang mungkin cukup banyak karakter, Tarantino membuat semua karakternya berfungsi. Bahkan, Channing Tatum, yang saya sebut tadi sebagai orang baru dan bermain sangat singkat, punya peranan sangat penting.

02/01/16

Philomena (2013)


Sekilas film ini tampak membosankan dan sangat Inggris. Tapi Judi Dench adalah sebuah nama besar dan saya hanya tahu dia main di film James Bond. Dan Steve Coogan, terkadang saya mengira dia sebagai Hugh Grant, lebih cocok bermain dalam film komedi. Tapi percayalah ini film komedi, atau, drama-komedi yang menurut saya benar-benar bikin saya tersenyum.

  
Sinopsis

Martin Sixtsmith (Steve Coogan) baru saja dipecat dari jabatannya sebagai juru bicara politik Tony Blair. Tampaknya ada skandal yang membuatnya kehilangan pekerjaan. Martin, yang juga pernah jadi wartawan, tahu apa yang akan dilakukan dalam masa menganggurnya: dia akan menulis buku tentang sejarah Rusia. Dalam sebuah pesta kecil Martin bertemu Marry yang menawarkannya untuk menulis cerita tentang seorang wanita tua Irlandia yang mencari anaknya selama 50 tahun.

Anak itu bernama Anthony, hasil dari hubungan terlarang seorang perempuan bernama Philomena (Judy Dench). Tidak ingin menanggung malu Ayah menitipkan Philomena ke sebuah biara. Anthony dirawat oleh para suster, sedangkan Philomena bekerja sebagai pencuci pakaian. Philomena hanya punya waktu satu jam setiap harinya bersama Anthony.

Hingga di suatu hari, tanpa sepengetahuannya, Anthony dibawa pergi dari biara oleh pasangan suami istri yang kelak menjadi orang tua angkatnya. Setelah itu, Philomena tidah pernah melihatnya lagi.

Philomena (Phil) dibantu Martin berusaha mencari jejak Anthony ke Amerika. Ada beberapa adegan lucu di sinii, seperti ketika mereka naik mobil listrik di bandara, Phil merasa dia diperlakukan seperti raja. Lalu di sepanjang jalan itu Phil cerita tentang novel yang dibacanya. Martin mungkin lebih tertarik dengan buku  sejarah, tapi dia terpaksa mendengarkan cerita Phil. Adegan lucunya terjadi di pesawat saat pramugari menawarkan minuman kepada mereka. Phil yang ingin minum mengabaikannya karena mengira dia harus bayar untuk minum. Tapi ketika Martin bilang, “Itu gratis,” Phil memanggil balik si pramugari dan memesan minuman. Ya, Phil memang seorang wanita desa, dia menikmati hotel dan jalan-jalan ke Lincoln Memorial.

Singkat cerita mereka tahu Anthony pernah menjabat sebagai penasehat Presiden Reagen, namun dengan nama lain, Michael Hess. Tapi ayangnya Michael sudah meninggal delapan tahun lalu. Ketika Phil merasa pencariannya sudah berakhir, dia memutuskan untuk mengenal anaknya lebih jauh. Dia juga ingin tahu, apakah anaknya pernah merindukan kampung halamannya, Irlandia.

Dalam pencarian keduanya ini mereka mendapatkan temuan baru, seperti Martin yang pernah meliput Michael Hess di Gedung Putih sewaktu dia masih menjadi wartawan BBC. Kemudian mereka juga menemukan fakta bahwa Michael Hess seorang gay dan mati akibat AIDS. Tapi yang menjadi benang merah dari kisah ini adalah tentang terungkapnya peristiwa masa lalu ketika biara dengan sengaja memisahkan ibu dari anaknya seperti yang terjadi pada Phil, dan tentang bagaimana Phil memaafkan mereka yang sudah berbuat jahat padanya.

29/12/15

Inilah Daftar Film Terbajak 2015



Interstellar menjadi film yang paling sering dibajak sepanjang tahun ini berdasarkan data Excipio melalui penelusuran download-an dengan BitTorrent. Film yang dibintangi Matthew McConaughey ini sudah didownload secara ilegal sebanyak 46.7 juga mulai awal tahun hingga 25 Desember 2015. Jumlah ini lebih tinggi 56%  dari pemuncak tahun 2014, The Wolf of Wall Street. Peningkatan ini juga diikuti peringkat kedua Furious 7 (44.7 juta download) dan ketiga yang ditempati Avengers: Age of Ultron (41.5 juta download). Sebagai perbandingan, peringkat tahun 2014 Frozen  (29.9 juta download) dan peringkat ketiga RoboCop (29.8 juta download).
Sayangnya, Excipio tidak menjelaskan jumlahnya berdasarkan geografi.
Berikut daftar lengkapnya:
46,762,310 (download): Interstellar (2014)
44,794,877: Furious 7 (2015)
41,594,159: Avengers: Age of Ultron (2015)
36,881,763: Jurassic World (2015)
36,443,244: Mad Max: Fury Road (2015)
33,953,737: American Sniper (2014)
32,126,827: Fifty Shades of Grey (2015)
31,574,872: The Hobbit: Battle Of The Five Armys (2014)
31,001,480: Terminator: Genisys (2015)
30,922,987: Kingsman: The Secret Service (2014)

01/12/15

Rogue Nation v Spectre: Head to Head


Spectre meleset dari harapan penonton, Sam Mendes tidak mampu mempertahankan debut bagusnya di‘Skyfall’.
Sayangnya, tema cerita mirip dengan Mission Impossible: Rogue Nation (MI 5). Keduanya bicara tentang pembekuan misi yang kemudian digantikan atau bergabungnya agensi dan melibatkan agensi lain, serta munculnya organisasi jahat: Sydicate (MI) dan Spectre (JB).
Well, karena keduanya tayang di tahun yang sama dan dengan tema yang mirip, saya pikir tidak ada salahnya membandingkannya head to head.


Ethan Hunt v James Bond
Dua-duanya superior, tapi saya lebih dalam menarik nafas ketika Ethan (Tom Cruise) kehabisan oksigen dan hampir tenggelam. Sementara James Bond (Daniel Craig) lebih sering diselamatkan oleh alat yang sudah ‘disediakan’.

Alan Hunley v M
Alec Baldwin berperan sebagai Alan Hunley, pengganti Kepala IMF yang tertembak dalam Ghost Protocol. Tapi sebelum menjabat Kepala IMF dia merupakan agen CIA yang bersikeras menutup IMF karena kegiatannya yang dianggap menyimpang. Hal yang hampir sama terjadi pada MI6, agensi Inggris tempat James Bond bernaung, yang akan ditutup dan digantikan dengan organisasi yang lebih efisien. M (Ralph Fiennes), sebagai kepala MI6 berjuang agar MI6 tetap ada.
Di sini peran Alan lebih besar ketimbang M yang menunjukkan keseriusannya memburu Ethan Hunt. Sebaliknya, M tampak tidak tampil ngotot mempertahankan MI6, atau dalam kasus lain dia hanya mengejar Bond sekedarnya.

Lane v Blofeld
Lane dan Blofeld merupakan musuh nomor satu. Tapi ada perbedaan besar dari keduanya. Jika Lane (Sean Harris) dengan suara seraknya tampil dingin dan kejam, sebaliknya Blofeld (Christopher Waltz) malah mlempem dan sendu, bertolak belakang dengan peran yang pernah dimainkan Waltz di film-film sebelumnya. Apalagi dengan akhir film yang juga hampir mirip (Lane dan Blofeld tidak mati) kesenjangan itu semakin terlihat. MI 5 ditutup dengan sangat bagus: Lane dikurung dalam kotak kaca anti peluru. Sementara dalam Spectre, helikopter yang ditumpangi Blofeld dengan mudah dilumpuhkan Bond. Helikopter jatuh dan Blofeld selamat. Bond menodongkan senjatanya pada Blofeld tapi urung menembaknya. Sangat biasa.

Ilsa Faust v Madeleine
Mungkin inilah salah satu yang menarik: Léa Seydoux yang memerankan Madeline Swann dalam Spectre pernah bermain dalam Ghost Protocol sebagai Sabine Moreau, seorang tokoh jahat. Saya merasa kesan penjahatnya masih ada ketika dia bermain dalam Spectre yang notabene dia memerankan tokoh protagonis. Sementara, Ilsa Faust (Rebecca Ferguson) tampaknya lebih disukai penonton dengan penampilannya yang segar. Di samping itu kehadiran Ilsa cukup menarik karena memancing penonton untuk bertanya-tanya ‘apakah dia sedang menjebak Ethan Hunt atau membantunya?’

Christopher Mcquarrie v Sam Mendes
Sam tentunya lebih unggul pengalaman sebagai sutradara ketimbang Christopher Mcquarrie, apalagi dengan berbagai penghargaannya yang pernah disabetnya. Tapi kelemahan di cerita membuat Spectre biasa saja. Sebaliknya, Christopher Mcquarrie punya keuntungan sebagai penulis cerita, skenario dan sutradara MI 5 serta kedekatannya dengan Tom Cruise. Kehandalannya menulis sudah terbukti dengan raihan Oscar (The Usual Suspects) dan beberapa film dengan twist menarik, dan dia menerapkannya dengan baik di Rogue Nation.
Meski begitu, pada akhirnya ada satu hal penting yang membuat Spectre jauh mengungguli MI 5 yaitu pendapatan. 
Spectre : $850,149,955
MI 5: $682,330,139

22/11/15

2016: Dari DC ke Marvel, Dari Marvel ke DC


Saya tidak menyebut perpindahan aktor DC ke Marvel atau dari Marvel ke DC menambah panasnya persaingan kedua rumah superhero tersebut, setidaknya bagi saya yang tidak pernah membandingkan keduanya mengingat saya punya tokoh superhero favorit baik di DC maupun di Marvel. Bahkan, saya senang ketika sang aktor/aktris mendapatkan peran yang lebih baik di rumah barunya.
Tahun 2016 akan menambah semarak perpindahan tersebut. Ben Affleck, yang kita tahu pernah berperan sebagai Daredevil, menjadi suksesor Christian Bale sebagai Batman. Saya pikir hampir semua orang setuju Ben Affleck, dengan wajah ‘wise’, cocok memerankan Bruce Wayne. Sementara, Ryan Reynolds, mantan Green Lantern di DC, menjajaki peran barunya sebagai Deadpool, yang disebut-sebut Superhero yang berbeda.
Akan tetapi, apa yang membuat para aktor/aktris jadi lebih baik adalah sang sutradara. Para sutradara berperan penting dalam mengangkat pamor superhero menjadi berkesan atau malah menjatuhkan. Kita melihat keberhasilan Triologi Batman ala Christopher Nolan yang berhasil mengangkat Batman setelah tenggelam di tangan Joel Shumacher. Sementara Zack Snyder, sebagai suksesor Nolan, sudah membuktikan bisa mengangkat Superman jauh lebih baik dari kreasi Bryan Singer. Bryan Singer memang tidak bisa dibilang gagal dengan Superman Returns-nya, namun dia tampaknya memang berjodoh dengan X-Men.

26/09/15

[Sinopsis] The Intern



Kalau kamu suka dunia internet start-up atau kamu yang suka belanja online dan mau tahu dapur pelayanan online tersebut maka film ini cocok buat kamu.

Anne Hathaway naik kelas; setelah sebelumnya berperan sebagai pegawai baru yang harus menghadapi bos-nya yang merepotkan dalam Devil Wears Prada, dia kembali ke dunia fashion namun berperan sebagai bos dan sekaligus pendiri CEO aboutTheFit.com, sebuah layanan fashion online yang tengah naik daun. Jules Ostin, demikian nama peran yang dimainkan Hathaway, sangat memerhatikan detail pekerjaannya, berkeliling kantor dengan sepeda, disibukkan dengan telpon, meeting, memilih desain grafis yang tepat, mengajari karyawannya melipat dan membungkus pakaian, hingga mengecek pengiriman barang di gudang. Karena kesibukannya ini dia lupa pernah membuat lowongan pekerjaan untuk para senior (pensiunan) untuk magang di perusahaannya.

Ben (Robert de Niro) seorang pensiunan eksekutif yang hidup sendiri setelah ditinggal mati istrinya 3.5 tahun lalu. Dia selalu mengisi harinya yang sepi dengan berpergian keliling dunia, meskipun menurutnya, kemana pun dia pergi akhirnya dia akan kembali lagi ke rumah. Tapi dia harus terus bergerak untuk merasa hidup dan menjadi bagian dari dunia; dia selalu bangun pagi lalu pergi ke starbucks, dan melakukan aktivatas lain seperti yoga, belajar memasak, belajar bahasa mandarin, golf, ke pemakaman temannya, atau kau sebut saja karena dia pernah melakukan semuanya. Tapi jangan sebut dia bahagia dengan segala kegiatannya karena dia merasa ada satu lubang dalam hidupnya yang perlu diisi. Hingga pada suatu hari dia menemukan selebaran berisi lowongan pekerjaan di AboutTheFit.com. Ben merasa lowongan itu adalah sebuah tantangan baru, apalagi lamaran harus dimasukkan dalam format video ke youtube atau vimeo yang membuatnya harus belajar lagi.

Ben, bersama tiga pemagang lainnya berhasil diterima sebagai pemagang senior. Tapi dunia kerja yang satu ini jauh berbeda dengan dunia kerjanya dulu. Ben mengawali dengan melewati dua  wawancara, mendengar pertanyaan yang tidak lazim dari si pewawancara muda seperti di bawah ini:

“Ok Ben seperti apa dirimu sepuluh tahun yang akan datang?”

“Saat aku berusia 80 tahun?”

“O, aku tidak sadar kau sudah berusia 70 tahun.”

Setelah itu tidak ada pertanyaan lagi dan si pewawancara tampaknya terkesan dengan penampilan dan video Ben. Ben pun diterima bekerja.

Dunia kerja barunya ini sungguh sangat berbeda dengan jamannya saat bekerja; cara berpakaian karyawan yang santai, bekerja dengan laptop, komputer desktop, iPad dan smartphone. Namun, Ben tampil percaya diri dengan menjadi diri sendiri; dia memakai jas dan dasi, membawa tas koper kulit klasik, kalkulator, pena, dan handphone jadul. Dia mendapat email pertamanya tentang posisinya, yaitu berada di bawah pengawasan langsung sang pendiri, Jules Ostin.

Awal-awal bekerja dengan Jules tidak begitu baik, bahkan Jules menganggap tidak akan banyak pekerjaan yang akan dilakukan Ben. Jules pun menawarkan pindah bagian jika dia mau. Tapi Ben menjawabnya dengan santai bahwa dia datang untuk mempelajari dunia barunya dan tidak berniat untuk pindah bagian.

Barangkali apa yang dialami Ben pernah dialami kita saat mulai kerja di perusahaan baru; tidak ada yang kita kerjakan di tengah rekan-rekan baru kita yang sibuk. Seperti itulah yang Ben alami, menunggu email dari Jules untuk bekerja. Dia mengisi waktunya dengan membaca koran atau membantu karyawan lain, terkadang dia bertanya pada teman kerjanya tentang pekerjaannya. Tapi Ben seorang yang komitmen dan sabar. Meskipun tidak ada kerjaan, dia pulang lebih lama dari karyawan lainnya karena dia berprinsip baru akan pulang jika bosnya sudah pulang. Hal ini berlangsung berhari-hari hingga akhirnya Ben mendapat pekerjaan pertamanya: membersihkan jaketnya Jules.

Beruntung Ben orangnya luwes dan pandai bergaul; Ben menjadi tempat yang baik untuk bicara dan curhat. Dan sambil menunggu pekerjaan datang, Ben berinisiatif datang lebih pagi dan membereskan meja yang biasanya berantakan. Tentu saja pekerjaannya mendapatkan perhatian dari Jules dan aplaus dari karyawan lainnya.



Inisiatif lagi-lagi menjadi kata penting saat kita memulai sebuah karir di perusahaan. Ben yang melihat supir Jules sakit berinisiatif menggantikannya. Ben memang menjadi supir yang sangat baik dan selalu memerhatikan kebutuhannya, tapi hal itu malah membuat Jules agak risih dan berniat memindahkan Ben ke bagian lain. Tapi Jules salah. Ben merupakan orang menyenangkan dan tempat yang baik untuk berbagi.

Sejak menjadi supir, Ben menjadi dekat dengan suami dan anak Jules. Namun ternyata, di balik kesuksesannya Jules punya masalah rumah tangganya sendiri yang disembunyikannya. Matt, suami Jules, tidak merasa nyaman dengan tugasnya sebagai bapak rumah tangga meski tidak ditunjukkan di depan Jules. Diam-diam dia selingkuh dengan ibu dari teman anaknya. Baik, Ben dan Jules tahu itu, tapi Jules mencoba mempertahankan rumah tangganya. Ben mencoba bicara kepada Matt tentang dedikasi dan kerja kerja keras Jules untuk perusahaan dan keluarganya tanpa menyinggung masalah perselingkuhan, dan Jules berhak mendapat yang terbaik. Tapi di lain waktu, Jules malah yang curhat kepada Ben tentang perselingkuhan suaminya. Ben tidak memberikan nasehat padanya, tapi pada akhirnya Matt dan Jules-lah yang menyelesaikan masalah mereka sendiri.


23/09/15

Who Am I - No System is Safe: Kisah Hacker Rasa Usual Suspects



Membaca judulnya di atas kamu bisa menebak gimana akhir cerita Who am I. Yaaa, kamu benar, agak-agak miriplah dengan The Usual Suspects tapi dengan special menu Fight Club.
Nah lho, maksudnya apa nih? Wah jadi nggak seru kalau tahu bocorannya.
Hahaha, perlu kamu tahu saya bukan tipe orang yang seneng kasih tau spoiler. Saya hanya orang yang suka bilang, Just watch the movieBro. Setidaknya film ini bisa nutupin rasa kecewa kamu yang udah nonton Black Hat.

The Story
Benjamin alias Who am I bukan siapa-siapa di dunia nyata, tidak dianggap dan harus menjaga neneknya setelah ibunya mati bunuh diri. Benjamin ingin menjadi seorang superhero, dan layaknya para superhero, latar belakang dia sebenarnya cukup memenuhi syarat: tidak punya orang tua, tidak dianggap dan punya seragam (seragam baju ayam tukang piza). Ya, dia mungkin bukan siapa-siapa di dunia nyata, tapi dia seorang yang aktif di dunia maya. Dia punya keahlian program dan hacking, dan ikut bergabung dalam Darknet dengan nama Who am I bersama para hacker dunia. Tapi diantara mereka, hanya ada satu nama yang membuatnya kagum dan sekaligus menjadi idolanya, Marx.
Ketika ditangkap karena meretas server kampus dan mencuri data ujian untuk Marie, dia berkenalan dengan Max dalam kegiatan kerja sosial. Max mengajaknya bergabung dan mereka membentuk Clay (Clown Laugh at You) bersama dua Stephan dan Paul. Mereka meretas berbagai sistim keamanan perusahaan dan nama Clay jadi terkenal. Meski demikian, dari sekian banyak hasil pekerjaan mereka, tidak ada yang membuat Marx terkesan. Marx dan hacker-hacker lainnya hanya menganggap Clay kelompok kecil.
Suatu hari Clay berhasil membobol Dinas Rahasia Jerman (BND), tapi apa yang dilakukan mereka tidak terlalu penting seperti membuat kacau mesin foto kopi. Kecuali Benjamin, yang membobol server mereka punya cerita lain: dia sukses mendapat data nama-nama para hacker yang bekerja sama dengan BND. Lalu tanpa sepengetahuan ketiga temannya dia mengirim data tersebut kepada Marx.
Aksi Benjamin ketahuan tiga rekannya ketika dikabarkan seorang hacker tewas dibunuh kelompok hacker dari Rusia bernama FR13NDS. Dia adalah Krypton salah satu hacker yang bekerjasama dengan BND. Dari sini mereka tahu bahwa Marx adalah bagian dari FR13NDS. Karena takut dengan ancaman dari hacker lain, mereka menawarkan kerja sama dengan Marx supaya bisa bergabung dengan FR13NDS. Mereka berharap dengan cara ini akan mengungkap siapa sebenarnya Marx dan membuktikan bahwa Marx-lah yang berada di balik pembunuhan Krypton. Marx menerima dan memberi mereka tugas untuk memasukkan trojan ke sistem Europol.
Benjamin & Marx

Ternyata masuk ke dalam gedung Europol bukanlah pekerjaan mudah. Meski begitu, tanpa sepengetahuan ketiga temannya, Benjamin berhasil masuk kedalam gedung dan memasang transmiter di sana sehingga dia bisa dengan mudah mengkses sistemnya. Tapi celakanya Benjamin ketangkap BND, dan dari sinilah sebenarnya cerita ini dimulai. Dia diinterogasi dan menceritakan kisahnya seperti yang sudah saya ceritakan.
Kalau kamu suka The Usual Suspects pasti kamu suka film ini. Tapi tunggu dulu, meski kamu yakin bisa menduga siapa sebenarnya Marx, tampaknya sang penulis skenario sudah mengantisipasinya dengan memberikan kejutan lain. Penasaran, kan?

Who Am I
  


The Usual Suspects