“Hingga saat ini, kehebatan prestasi manusia
selalu diukur dengan ukuran: lebih besar, lebih hebat …,” demikian Galvin
Belson berkata dalam sebuah video di situs TechCrunch. Foto-foto Taj Mahal,
Koloseum, Piramida, dan Sphinx di layar belakang mewakili kata ukuran dan
besar. Lalu, Galvin menyebut nama nano
teknologi, mobil pintar, dan sebuah proyek baru Hooli bernama Nukleus, sebuah
software kompresi paling canggih di dunia, pesaing Pied Piper.
Richard tidak terlalu khawatir karena
kompresi yang ditunjukkannya di Hooli beberapa waktu lalu hanya untuk audio
dengan kualitas yang tidak lebih baik, sedangkan Pied Piper mampu mengkompresi
bentuk video. Lagipula Richard sudah tidak sabar untuk menunjukkan logo yang
tercetak di kaos hijau Pied Piper: seseorang bertopi bulu sedang meniup
seruling. Tapi, rekan-rekannya tampak tidak suka dengan logonya. “Seperti pria
sedang menghisap p***s,” kata Dinesh. Dan masalah muncul ketika Jared datang
dan mengatakan bahwa cek yang diberikan Peter Gregory terdaftar atas nama Pied
Piper Incorporated, lalu mengusulkan supaya Richard mengubah namanya.
Tapi Richard tetap bersikeras mempertahankan
nama Pied Piper, meski Jared kemudian menjelaskan bahwa nama itu berasal dari dongeng
pemain suling pembunuh dan pemangsa anak-anak di dalam gua. Erlich yang baru
datang setelah mendengar obrolan mereka juga setuju mengganti nama Pied Piper
karena dia malu dengan nama itu. “Richard, lihatlah Aviato,” kata Erlich.
“Bukan aku yang menemukan nama itu, tapi
nama itu yang menemukanku pada sebuah pencarian visi. Itulah yang harus
kaulakukan.” Richard tahu apa yang dimaksud dengan pencarian visi adalah
mengkonsumsi obat-obatan lalu duduk di tengah gurun dan berharap beberapa nama
secara acak muncul di kepala.
“Nama mencerminkan perusahaan,” lanjut Erlich,
“sesuatu yang penting, sesuatu yang bisa kauteriakkan saat bercinta. Seperti
Aviato.”
“U .. U .. Uberrr,” kata Dinesh.
“Go .. Go .. Google,” kata Gilfoye.
Tapi Richard tidak bisa melakukannya saat
menyebut “Pied Piper!”
Yep, itulah tema dari episode 3, tentang
penamaan dan legalitas perusahaan, sebuah pelajaran penting buat kamu yang
ingin memulai bisnis rintisan (start-up).
* * *
Ternyata masalah tidak hanya sampai di situ, Pied Piper sudah terdaftar atas nama sebuah perusahaan pengairan irigasi. Meski diragukan kemampuan bernegosiasi, Richard bertemu Arnold Garnis, sang pemilik Pied Piper. Siapa sangka Arnold mulai menyukai Richard yang menurutnya mirip anaknya, penderita asperger yang suka gemetaran. Selain itu, Richard juga mengingatkannya pada awal mula dia memulai bisnisnya. Dan karena tidak tahu
banyak soal dunia IT apalagi masalah kompresi, dia setuju menjual nama Pied
Piper untuk seribu dolar.
Seharusnya semua akan berjalan lancar jika Erlich tidak
menulis artikel dan menyebarkannya di TechCrucnh, Recode, dan PandoDaily
tentang bualan aset miliaran dolar Pied Piper. Richard yang baru tiba di rumah
mendapat telpon dari Arnold yang merasa telah dibohongi olehnya. Arnold mengira
Richard seperti yang diberitakan di internet sebagai miliader teknolongi, sehingga
dia mengubah kesepakatan dan minta US$ 250 untuk nama Pied Piper. Tapi
bagaimana Richard bisa mendapatkan US$ 250 ribu sementara sebagian uangnya
sudah dipakai untuk membeli mesin margarita dan kartu kreditnya baru saja
ditolak?
Richard hampir putus asa. Keempat rekan lainnya
kemudian berusaha mencarikan nama pengganti; Jared, Gilroy dan Dinesh menulis
semua kemungkinan nama yang bisa dipakai di papan tulis, sementara Erlich
minum obat-obatan lalu berkendara ke gurun pasir untuk mencari inspirasi.
Tapi Richard yang merasa sudah mencapai
kesepakatan dengan Arnold, memberanikan diri menantang Arnold dan membalikkan
keadaan dengan mempertanyakan apakah Arnold seorang pria jujur atau pembohong.
Dinesh memuji keberanian Richard, tapi Richard malah menjadi cemas karena
Arnold akan datang untuk memukul semua bakteri di wajahnya.
Mereka tahu kedatangan Arnold ketika pintu
rumah diketuk dengan kasar lalu memilih bersembunyi dan membiarkan Jing Yang
yang membukakan pintu. “Aku mencari Pied Piper,” kata Arnold pada Yang.
“Ini Pied Piper,” jawab Yang. Tapi Arnold tidak
percaya. Yang dia tahu Pied Piper adalah perusahaan besar dengan gedung besar.
Tiba-tiba Richard menjatuhkan lampu dan muncul
di hadapan Arnold. Dengan gugup dia berkata, “Aku Richard. Aku Richard. Aku
Richard.” Jared yang berdiri di belakangnya ikut berkata, “Aku Donald. Donald.
Jared. Aku Jared.” Lalu disusul Dinesh menyebut nama Gilfoye, “Gilfoye.
Gilfoye. Gilfoye.” Jing Yang melihat rekannya memperkenalkan diri juga
bersuara, “Jing Yang. Jin Yang. Jing Yang.” Dan mereka pun seolah sedang
melakukan akapela dan membuat Arnold bingung.
Saat tahu bahwa Pied Piper bukan sebuah
perusahaan senilai miliaran dolar, Arnold pun melunak dan kembali menceritakan
bagaimana dia memulai bisnisnya di garasi. “Aku sedikit merindukan masa-masa
itu,” kata Arnold, menawarkan menurunkan harga menjadi US 5000. Tapi Richard
yang merasa sedikit berada di atas angin tetap di angka US 1000. Setelah
terjadi tawar-menawar maka harga disetujui seperti kesepakatan awal, US$ 1000.
Dan Richard pun mendapat nama Pied Piper.
Adegan lain yang kocak adalah saat Erlich
duduk bersila di tengah gurun pasir, mencari inspirasi untuk nama pengganti
Pied Piper, dimulai dengan: “Sysbit Digital Solutions”, lalu “Integrating Open
Data Spaces”, “Techbit Data Solution Systems”. Kemudian muncul tumbuh-tumbuhan
di belakangnya dan seiring dengan itu logo-logo internet explorer, windows,
like facebook, yahoo, chrome, dsb.melayang di udara.
Sebenarnya selama setengah jam episode 3 ini
dibumbui cerita lain yang tidak kalah satire, seperti kisah dua orang yang
mengajukan dana ke Peter Gregory namun kesulitan mengikuti keinginan sang bos,
serta status Gilfoye; orang Kanada yang secara ilegal tinggal di AS.