15/08/15

The Lunchbox (2013)



Di sebuah daerah di India, ada kebiasaan dimana makan siang dikirim melalui sebuah perjalanan panjang; istri di rumah atau restoran mengirimnya lewat kurir sepeda, lalu diangkut dengan gerobak bersama kotak makan lain dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan kereta. Setelah tiba di stasiun tujuan, barisan kotak makan siang dipilah sebelum diangkut dengan gerobak dan didistribusikan kepada kurir sepeda untuk kemudian dikirim ke meja penerima.
Jangan bayangkan kendaraan yang digunakan sebagus di negara maju, di sana para kurir berjuang melewati hujan, terjebak macet dan berdesakan di dalam kereta. Kotak makan siang yang diantar juga tidak sedikit, bisa puluhan atau bahkan ratusan jika sudah bergabung dari tempat lain. Risiko tertukar pasti ada. Meski demikian, para kurir yakin kotak makan siang yang mereka kirim tidak akan tertukar karena Harvard sudah menguji sistem tersebut dan tidak mungkin ada kesalahan.
Akan tetapi, justru kesalahan itulah yang menjadi tema Lunch Box: ‘Bagaimana jika masakan seorang istri sampai ke meja orang yang salah?’
Kejadian tersebut menimpa Ila (Nimrat Kaur), yang seharusnya mengirim makan siang untuk sang suami malah terkirim ke meja kerja Saajan Fernandes (Irrfan Khan), seorang duda awal lima puluh tahun yang kesepian.
Pada awalnya Ila tidak menyadari kesalahan itu; tidak seperti biasanya dia mendapati kotak makan siangnya kembali dalam keadaan kosong. Pikirnya, itu karena resep barunya sehingga membuat sang suami mau menghabiskan makan siangnya. Tapi dia merasa ada sesuatu yang janggal ketika menanyakan masakannya pada sang suami. Meski sang suami menjawab masakan enak, sang suami menyebut menu yang berbeda dari yang dimasak. Dari situ kecurigaan Ila mulai muncul jangan-jangan suaminya makan dari kotak makan siang yang berbeda.
Fernandes, yang menerima kotak makan siang milik Ila, terkejut dengan perubahan pada menu makan siangnya yang jauh lebih enak dari biasa. Akibatnya, dia malah memuji masakan restoran tempat dia biasa pesan makan siang.
Salah kirim itu berlanjut keesokan harinya, tapi selain mendapat makan siang yang lezat, kali ini Fernandes mendapatkan sebuah surat di dalamnya.
Ila mengatakan bahwa makanan itu ditujukan untuk suaminya, dan tidak lupa berterima kasih karena sudah menghabiskan makanannya. Fernandes membalas menulis surat kepada Ila tanpa ucapan terima kasih dan mengkritik masakannya hari itu yang sedikit asin.
Meski Ila tidak menganggap Fernandes sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi atas anjuran bibinya, dia mengirim makan siang sangat pedas untuk Fernandes. Fernandes yang tidak berprasangka buruk mengatakan dalam surat berikutnya bahwa dia membeli dua pisang untuk menghilangkan rasa pedasnya.
Surat-menyurat lewat kotak makan siang pun berlanjut. Mereka saling terbuka menceritakan keadaan dan latar belakang masing-masing, hingga pada suatu hari Fernandes mengajaknya untuk bertemu.
Ila merasa senang dengan tawaran Fernandes. Mungkin saja pertemuan itu bisa menjadi warna dalam rumah tangganya yang berlangsung garing apalagi ditambah dengan kecurigaannya pada sang suami yang selingkuh.
Ila datang di hari dan tempat yang di janjikan, tapi setelah sekian lama menunggu tidak ada kabar dari Fernandes. Merasa kesal dan dipermainkan, dia mengirimi Fernandes kotak makan siang kosong, seolah menginginkan penjelasan laki-laki itu.
Dalam surat balasannya, Fernandes menjelaskan dia sudah datang ke tempat itu dan melihat Ila. Ila terlihat muda, cantik dan punya impian. Fernandes menyadari dirinya sudah tua, setua kakeknya ketika pergi ke kamar mandi dan melihat wajahnya di cermin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar