07/08/15

Silicon Valley 1 - 3 (Articles of Incorporation)



“Hingga saat ini, kehebatan prestasi manusia selalu diukur dengan ukuran: lebih besar, lebih hebat …,” demikian Galvin Belson berkata dalam sebuah video di situs TechCrunch. Foto-foto Taj Mahal, Koloseum, Piramida, dan Sphinx di layar belakang mewakili kata ukuran dan besar. Lalu,  Galvin menyebut nama nano teknologi, mobil pintar, dan sebuah proyek baru Hooli bernama Nukleus, sebuah software kompresi paling canggih di dunia, pesaing Pied Piper.
Richard tidak terlalu khawatir karena kompresi yang ditunjukkannya di Hooli beberapa waktu lalu hanya untuk audio dengan kualitas yang tidak lebih baik, sedangkan Pied Piper mampu mengkompresi bentuk video. Lagipula Richard sudah tidak sabar untuk menunjukkan logo yang tercetak di kaos hijau Pied Piper: seseorang bertopi bulu sedang meniup seruling. Tapi, rekan-rekannya tampak tidak suka dengan logonya. “Seperti pria sedang menghisap p***s,” kata Dinesh. Dan masalah muncul ketika Jared datang dan mengatakan bahwa cek yang diberikan Peter Gregory terdaftar atas nama Pied Piper Incorporated, lalu mengusulkan supaya Richard mengubah namanya.
Tapi Richard tetap bersikeras mempertahankan nama Pied Piper, meski Jared kemudian menjelaskan bahwa nama itu berasal dari dongeng pemain suling pembunuh dan pemangsa anak-anak di dalam gua. Erlich yang baru datang setelah mendengar obrolan mereka juga setuju mengganti nama Pied Piper karena dia malu dengan nama itu. “Richard, lihatlah Aviato,” kata Erlich. “Bukan aku yang  menemukan nama itu, tapi nama itu yang menemukanku pada sebuah pencarian visi. Itulah yang harus kaulakukan.” Richard tahu apa yang dimaksud dengan pencarian visi adalah mengkonsumsi obat-obatan lalu duduk di tengah gurun dan berharap beberapa nama secara acak muncul di kepala.
“Nama mencerminkan perusahaan,” lanjut Erlich, “sesuatu yang penting, sesuatu yang bisa kauteriakkan saat bercinta. Seperti Aviato.”
“U .. U .. Uberrr,” kata Dinesh.
“Go .. Go .. Google,” kata Gilfoye.
Tapi Richard tidak bisa melakukannya saat menyebut “Pied Piper!”
Yep, itulah tema dari episode 3, tentang penamaan dan legalitas perusahaan, sebuah pelajaran penting buat kamu yang ingin memulai bisnis rintisan (start-up).
* * *
Ternyata masalah tidak hanya sampai di situ, Pied Piper sudah terdaftar atas nama sebuah perusahaan pengairan irigasi. Meski diragukan kemampuan bernegosiasi, Richard bertemu Arnold Garnis, sang pemilik Pied Piper. Siapa sangka Arnold mulai menyukai Richard yang menurutnya mirip anaknya, penderita asperger yang suka gemetaran. Selain itu, Richard juga mengingatkannya pada awal mula dia memulai bisnisnya. Dan karena tidak tahu banyak soal dunia IT apalagi masalah kompresi, dia setuju menjual nama Pied Piper untuk seribu dolar.
Seharusnya semua akan berjalan lancar jika Erlich tidak menulis artikel dan menyebarkannya di TechCrucnh, Recode, dan PandoDaily tentang bualan aset miliaran dolar Pied Piper. Richard yang baru tiba di rumah mendapat telpon dari Arnold yang merasa telah dibohongi olehnya. Arnold mengira Richard seperti yang diberitakan di internet sebagai miliader teknolongi, sehingga dia mengubah kesepakatan dan minta US$ 250 untuk nama Pied Piper. Tapi bagaimana Richard bisa mendapatkan US$ 250 ribu sementara sebagian uangnya sudah dipakai untuk membeli mesin margarita dan kartu kreditnya baru saja ditolak?
Richard hampir putus asa. Keempat rekan lainnya kemudian berusaha mencarikan nama pengganti; Jared, Gilroy dan Dinesh menulis semua kemungkinan nama yang bisa dipakai di papan tulis, sementara Erlich minum obat-obatan lalu berkendara ke gurun pasir untuk mencari inspirasi.
Tapi Richard yang merasa sudah mencapai kesepakatan dengan Arnold, memberanikan diri menantang Arnold dan membalikkan keadaan dengan mempertanyakan apakah Arnold seorang pria jujur atau pembohong. Dinesh memuji keberanian Richard, tapi Richard malah menjadi cemas karena Arnold akan datang untuk memukul semua bakteri di wajahnya.
Mereka tahu kedatangan Arnold ketika pintu rumah diketuk dengan kasar lalu memilih bersembunyi dan membiarkan Jing Yang yang membukakan pintu. “Aku mencari Pied Piper,” kata Arnold pada Yang.
“Ini Pied Piper,” jawab Yang. Tapi Arnold tidak percaya. Yang dia tahu Pied Piper adalah perusahaan besar dengan gedung besar.
Tiba-tiba Richard menjatuhkan lampu dan muncul di hadapan Arnold. Dengan gugup dia berkata, “Aku Richard. Aku Richard. Aku Richard.” Jared yang berdiri di belakangnya ikut berkata, “Aku Donald. Donald. Jared. Aku Jared.” Lalu disusul Dinesh menyebut nama Gilfoye, “Gilfoye. Gilfoye. Gilfoye.” Jing Yang melihat rekannya memperkenalkan diri juga bersuara, “Jing Yang. Jin Yang. Jing Yang.” Dan mereka pun seolah sedang melakukan akapela dan membuat Arnold bingung.
Saat tahu bahwa Pied Piper bukan sebuah perusahaan senilai miliaran dolar, Arnold pun melunak dan kembali menceritakan bagaimana dia memulai bisnisnya di garasi. “Aku sedikit merindukan masa-masa itu,” kata Arnold, menawarkan menurunkan harga menjadi US 5000. Tapi Richard yang merasa sedikit berada di atas angin tetap di angka US 1000. Setelah terjadi tawar-menawar maka harga disetujui seperti kesepakatan awal, US$ 1000. Dan Richard pun mendapat nama Pied Piper.

Adegan lain yang kocak adalah saat Erlich duduk bersila di tengah gurun pasir, mencari inspirasi untuk nama pengganti Pied Piper, dimulai dengan: “Sysbit Digital Solutions”, lalu “Integrating Open Data Spaces”, “Techbit Data Solution Systems”. Kemudian muncul tumbuh-tumbuhan di belakangnya dan seiring dengan itu logo-logo internet explorer, windows, like facebook, yahoo, chrome, dsb.melayang di udara.
Sebenarnya selama setengah jam episode 3 ini dibumbui cerita lain yang tidak kalah satire, seperti kisah dua orang yang mengajukan dana ke Peter Gregory namun kesulitan mengikuti keinginan sang bos, serta status Gilfoye; orang Kanada yang secara ilegal tinggal di AS.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar